Kamis, 25 April 2013

Landasan Bimbingan Konseling


Bimbingan dan konseling merupakan layanan kemanusiaan. Pelaksanaannya selain harus berlandaskan pada prinsip-prinsip dan asa-asas tertentu, juga harus mengacu kepada landasan bimbingan dan konseling itu sendiri. Ada beberapa lndasan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filososif, landasan religious, landasan psikologis, dan landasan pedagogis.

1. Landasan Filosofis
          Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa yunani : philos berarti cinta, dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Lebih luas, kamus Webster New Universal memberikan pengertian bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari kekuatan yang didasari proses berfikir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum dasar yang mengatur alam semesta serta mendasari semua pengetahuan dan kenyataan, termasuk kedalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafisika, dan lain sebagainya.[1]
          Filsafat memahami hakikat sesuatu dengan sedalam-dalamnya, selengkap-lengkapnya, seluas-luasnya, setuntas-tuntasnya, dan setinggi-tingginya. Sesuatu yang difikirkan itu dikupas, diteliti, dikaji dan direnungkan sehingga diperoleh pemahaman menyeluruh tentang hakikat keberadaan dan keadaan sesuatu itu. Hasil pemikiran yang menyeluruh itu selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk bertindak berkenaan dengan sesuatu yang dimaksudkan itu.
          Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang diharapakan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang menyangkut pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam membuat keputusan yang tepat. Landasan filosofis dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan membantu konselor memahami hakikat klien (siswa) sebagai manusia. Hakikat manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya (fisik, psikologis, dan spiritual) serta dengan segenap tujuan dan tugas kehidupannya menjadi landasan bagi konsepsi dan penyelenggaraan bimbingan dan konseling. [2]
2. Landasan Religius
   Allah Swt. mengamanatkan kepada manusia untuk menjadi pemimpin (khalifah fil ‘ardh), terutama pemimpin bagi dirinya sendiri. Untuk dapat memikul amanah itu, Allah Swt. telah menciptakan manusia dengan segala fasilitas keinsanan dan keutuhan yang sempurna dan lengkap. Landasan religious bagi layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu:[3]
·        Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan
·        Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan
·        Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu
Landasan religious dalam bimbingan dan konseling pada umumnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Allah Swt dengan segenap kemuliaan kemanusiaan. Klien hendaknya diperlakukan dalam suasana dan dalam cara yang penuh kemuliaan kemanusiaan pula. Dalam masyarakat, ada banyak macam agama. Maka konselor harus hati-hati dan bijaksana menerapkan landasan religius terhadap klien (siswa) yang berbeda latar belakang agamanya. Dalam konteks islam, implementasi layanan bimbingan dan konseling yang berlandaskan religius, harus merujuk kepada ajaran Islam yang terangkum dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ini bermakna bahwa praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah terlebih lagi untuk klien yang beragama islam, tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam.[4]
3. Landasan Psikologis
          Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien yang perlu di ubah atau dikembangkan apabila hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.[5]
Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling, sejumlah aspek psikologi yang perlu dikuasai oleh para pembimbing (konselor) meliputi:
1.     Motif dan motifasi
2.     Pembawaan dasar dan lingkungan
3.     Perkembangan individu
4.     Belajar, balikan dan penguatan
5.     Kepribadian
4. Landasan Pedagogis
          Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan artinya ketika seseorang melakukan praktik pelayanan bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik, sebaliknya apabila seseorang melakukan praktik pendidikan (mendidik) berarti ia sedang memberikan bimbingan.
Landasan pedagogis pelayanan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan : (1) pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, (2) pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan (3) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
a. pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan.
          Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya membudayakan manusia muda. Upaya pembudayaan ini meliputi pada garis besarnya penyiapan manusia muda menguasai alam lingkungannya, memahami dan melaksanakan nilai-nilai dan norma yang berlaku, melakukan peranan yang sesuai, menyelenggarakan kehidupan yang layak, dan meneruskan kehidupan generasi orang tua mereka. Untuk tugas-tugas masa depan mereka itu, melalui proses pendidikan manusia mudah memperkembangkan diri dan sekaligus mempersiapakan diri dengan potensi yang ada pada diri mereka dan prasarana serta sarana-sarana yang tersedia.[6]
          Dalam pengertian pendidikan tersebut, secara eksplisit, disebutkan bimbingan sebagai salah satu bentuk upaya pendidikan. Oleh karena itu segenap pembicaraan tentang bimbingan dan konseling tidak boleh lepas dari pengertian pendidikan yang telah dirumuskan secara praktis, dengan demikian dalam pelayanan bimbingan dan konseling harus terkandung komponen-komponen tersebut, yaitu :
Ø Merupakan usaha sadar.
Ø Menyiapkan peserta didik (klien)
Ø Untuk perannya dimasa yang akan datang.
Bimbingan dan konseling menyediakan unsure-unsur diluar individu yang dapat dipergunakannya untuk mengembangkan diri. Untuk dapat berkembang dengan baik dan mandiri, setiap individu memerlukan pengetahuan dan keterampilan, jasmani dan rohani yang sehat, serta kemampuan penerapan nilai dan norma-norma hidup kemasyarakatan. [7]
b. pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling
          Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh para klien. Bimbingan dan konseling merupakan proses yang berorientasi pada belajar, yakni belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri. Belajar un tuk mengembangkan dan menerapkan secara efektif berbagai pemahaman. Dalam proses konseling klien mempelajari keterampilan dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan serta sikap-sikap baru. Melalui belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya, dari situlah klien berkembang.

c. pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan khusus (jangka pendek) dan tujuan akhir (jangka panjang). Tujuan khusus (jangka pendek) dal;am pelayanan bimbingan dan konseling adalah membantu individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sedangkan tujuan akhir (jangka pnjang) adalah bimbingan diri sendiri. Siswa mampu mengembangkan kemampuan sendiri untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa pelayanan dan bimbingan konseling lagi.[8]
Tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, selain memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya


[1] Prayitno dan Erman Amti, 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal. 137
[2] Tohirin, 2007, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal. 96
[3] Prayitno dan Erman Amti, 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal. 146
[4] Tohirin, 2007, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal. 98
[5] Prayitno dan Erman Amti, 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal. 154-156
[6] Prayitno dan Erman Amti, 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal. 181
[7] Ibid. 183
[8] Tohirin, 2007, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal. 109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar