BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, pola pikir manusia pun terus berkembang. Hal ini sangat berpengaruh pada
dunia pendidikan. Oleh sebab itu kurikulum sebagai
kebutuhan paling mendasar guna terlaksananya proses pendidikan terus memerlukan
adanya perbaikan agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Adapun
kurikulum di Indonesia telah seringkali mengalami perubahan dan perbaikan
sebanyak delapan kali sejak 1947 sampai saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa
kurikulum di Indonesia memiliki kelemahan sehingga terus memerlukan perbaikan.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa masing-masing kurikulum pasti memiliki
kekuatan pada setiap masanya. Dari sinilah penulis mencoba menggali kelemahan
dan kekuatan setiap kurikulum. Oleh karena itu dalam makalah yang berjudul
“Kelemahan dan Kekuatan Kurikulum di Indonesia” ini akan dijabarkan sekilas
tentang kurikulum yang pernah diberlakukan di Indonesia beserta kekuatan dan
kelemahannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1Rencana Pelajaran 1947
Pada masa ini
kurikulum lebih dikenal dengan istilah leer
plan dari bahasa belanda yang berarti “rencana pelajaran”. Sedangkan nama kurikulum
belum dikenal pada saat itu. Nama yang dipakai untuk menyebut kurikulum masih
mengikuti pemerintahan belanda dikarenakan Indonesia pada saat itu baru saja
merdeka. Secara system pun kurikulum ini banyak dipengaruhi pendidikan kolonial
belanda jepang. Kurikulum pada masa ini mencoba memalingkan pendidikan dari
orientasi belanda menuju kepentingan nasional. Sehingga orientasinya pun lebih
menekankan pada pembentukan karakter Indonesia. Dari segi bentuk, kurikulum ini
hanya memuat 2 (dua) hal pokok, yakni daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya serta garis – garis besar pengajarannya. Rencana pelajaran 1947
baru dilaksanakan sekitar tahun 1950. Sehingga sebagian kalangan mengatakan
bahwa sejarah kurikulum dimulai pada tahun 1950.(online)
Adapun kelemahan kurikulum ini adalah:
a) Pengembangan
pikiran kurang diutamakan disini, sehingga pola pikir masyarakat pada waktu itu
kurang terbentuk.
b) Pendidikan
masih diwarnai dengan unsur politis
c) Mata
pelajaran yang ada kurang dirinci.
d) Kurikulum
pada masa ini masih sangat simple, belum memuat tujuan- tujuan pendidikan
seutuhnya
e) Pendidikan
pada masa itu masih meneruskan kurikulum pada masa kolonial belanda dan jepang,
hal ini menunjukkan jika pendidikan pada masa itu kurang mendapat perhatian
yang serius
Namun disisi lain, kurikulum ini juga memiliki
kelebihan, diantaranya:
a) Pembentukan
karakter melalui pendidikan cukup tepat, jika kita lihat keadaan bangsa pada
waktu itu yang baru saja meraih kemerdekaan. Sehingga penanaman kesadaran untuk
mempertahankan kemerdekaan sangat diperlukan.
2.2 Rencana Pelajaran Terurai
1952-1964
Pada tahun 1952,
kurikulum 1947 mengalami penyempurnaan. Istilahnya berubah dari rencana
pelajaran menjadi rencana pelajaran terurai. Disebut demikian karena pada
kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajarannya. Setiap guru hanya
mengajar satu mata pelajaran. Kurikulum ini sudah mulai mengacu kepada
pendidikan nasional.
Menjelang tahun
1964, kurikulum di Indonesia kembali mengalami penyempurnaan. Kali ini diberi
nama rencana pendidikan. Yang menjadi pokok pengajaran pada kurikulum ini
adalah pancawardhana. Yakni istilah yang digunakan pada saat itu untuk
menyebutkan lima aspek yang menjadi fokus pendidikan. Kelima hal pokok tersebut
ialah moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.(
Subandijah, 1993, h. 102) Adapun keunggulan kurikulum ini adalah:
a) Tujuan
pendidikan pada saat itu telah murni mengarah kepada tujuan pendidikan yang
seharusnya
b) Mata
pelajaran lebih dirinci dari sebelumnya
c) Guru
dapat mengoptimalkan pembelajaran karena masing – masing guru hanya mengajar
satu mata pelajaran
d) Materi
yang dikembangkan lebih riil, berkaitan dengan kehidupan sehari- hari
Sedangkan kelemahan
daripada kurikulum ini adalah:
a) Kurang
memperhatikan keberhasilan dalam pendekatan proses
b) Pengembangan
lebih banyak di ranah afektif, sedangkan kognitif kurang mendapatkan perhatian
2.3 Kurikulum 1968
Kemudian
pada tahun 1968, kurikulum di Indonesia kembali mengalami perbaikan. Program
pendidikan yang tadinya pancawardhana mengerucut menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Fokus pendidikan pada saat itu terletak pada pembentukan manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Hal ini lebih
dimaksudkan untuk menghapuskan tujuan pendidikan sebelumnya yang dinilai
sebagai produk orde lama. (online)
Adapun kekuatan kurikulum ini terletak pada:
a) Isi
dari pokok materi tidak hanya meliputi pengetahuan saja, namun keterampilan
peserta didik juga dilatih
Namun kurikulum ini juga memiliki kelemahan –
kelemahan, diantaranya:
a) Kurikulum
ini bersifat politis, terlihat dari perubahan struktur kurikulum dari
pancawardana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus.
b) Materi
sangat bersifat teoritis, kurang berkaitan dengan realita yang ada
2.4 Kurikulum 1975
Kurikulum
1975 banyak dipengaruhi oleh pembangunan nasional yang kemudian berdampak pada
pendidikan nasional. Salah satu hal yang melatar belakangi perubahan kurikulum
pada saat itu ialah kebijaksanaan pemerintah yang menginginkan adanya
peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi guna mempercepat lajunya pembangunan nasional. Sehingga diperlukan
inovasi dalam proses pembelajaran agar pendidikan lebih efektif dan efisien,
baik dalam hal daya maupun waktu. Yang membedakan kurikulum ini dengan
kurikulum- kurikulum sebelumnya adalah kurikulum ini menggunakan pendekatan
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). Dimana setiap sistem
pembelajaran harus selalu mengarah kepada tercapainya tujuan. (online)
Salah
satu aplikasinya adalah pada sistem penilaian. Penilaian diberikan pada setiap
pelajaran, tujuannya tentu saja untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah tercapai.
Dan untuk selanjutnya langsung dapat dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran.
Hal ini pula lah yang membedakan kurikulum ini dengan kurikulum sebelumnya yang
memberikan penilaian disetiap akhir semester atau akhir tahun saja. Beberapa
keunggulan yang dapat kita lihat dari kurikulum ini adalah:
a) Kurikulum
ini sangat efisien dalam hal waktu
b) Sistem
pembelajaran yang mengarah pada tujuan akan membuat pembelajaran lebih terarah
serta menghemat daya
c) Penilaian
yang dilakukan setelah pelajaran akan sangat membantu penilaian diakhir
semester atau di akhir tahun.
d) Penilaian
yang diberikan disetiap akhir pembelajaran juga sangat membantu guru dalam
mengevaluasi pembelajaran yang telah di lakukan sehimgga guru berkesempatan
untuk terus melakukan perbaikan dalam kegiatan- kegiatan belajar selanjutnya
Disisi lain, kurikukum ini juga
memiliki kelemahan, diantaranya:
a) Kurikulum
ini lebih mengarah pada pendekatan hasil, proses kurang diberikan apresiasi pada kurikulum ini
b) Keterampilan
siswa terutama saat proses pembelajaran kurang diperhatikan
2.5 Kurikulum 1984
Pada
tahun 1984 kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi diterapkan. Alasannya
lagi- lagi perkembangan zaman yang ditandai dengan semakin majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembaruan
kurikulum dalam pendidikan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kemudian
diberlakukanlah kurikulum 1984.
Kurikulum ini disebut dengan “Kurikulum 1975
Yang Disempurnakan”. Karena memang kurikulum ini lahir sebagai penyempurna
kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum 1975. Perbedaannya terletak pada pendekatan
yang digunakan pada kurikulum 1984 yakni CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Misbah
Partika dalam Subandijah (1993, h. 112) mengemukakan bahwa CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) adalah proses belajar mengajar yang menekankan pada keaktifan
siswa. Dimana dalam pembelajaran siswa terlibat baik secara fisik, mental,
emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang meliputi
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara optimal.
Dalam
kurikulum ini siswa benar- benar diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan
menemukan, mengamati, mengelola informasi sendiri. Kurikulum ini lebih
mengedepankan pendekatan proses. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh
pengalaman belajar yang maksimal di sekolah. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa selama ini siswa hanya mendapatkan transfer ilmu dari
gurunya. Adapun keunggulan kurikulum ini adalah:
a) Kurikulum
ini mampu mengembangkan kemampuan berfikir siswa melalui proses pembelajaran,
baik memahami maupun menganalisa
b) Dengan
melibatkan siswa dalam pembelajaran, guru semakin mudah dalam menyampaikan
materi pembelajaran
c) Melalui
pembelajaran yang melibatkan fisik, intelegensi, emosional maupun mental, siswa
akan memperoleh hasil belajar yang maksimal, baik dari ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
Namun
ternyata kurikulum ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah:
a) Perubahan
kurikulum yang cukup drastis menuai banyak ketidaksiapan, baik dari pihak guru,
siswa maupun sekolah karena untuk menerapkan kurikulum ini memerlukan berbagai
perangkat pembelajaran yang terkadang tidak disediakan oleh sekolah
b) Kurang
memperhatikan muatan (isi) pelajaran
c) Konsep kurikulum ini kurang mempertimbangkan keadaan
yang ada
2.6 Kurikulum 1994
Belajar
dari berbagai kelemahan yang terdapat pada kurikulum sebelumnya, kurikulum pada
tahun 1994 ini mencoba menyempurnakan kembali kurikulum yang pernah ada. Kurikulum
ini memandang bahwa semua siswa itu sama, yakni seperti kertas polos yang
memerlukan coretan. Dengan diberlakukannya kurikulum yang baru ini diharapkan
siswa sebagai objek pendidikan bisa mendapatkan materi pelajaran yang cukup
banyak. Hal ini ternyata mempengaruhi sistem pembagian waktu pelajaran. Yaitu
tahapan belajar yang tadinya dalam setahun dibagi menjadi dua kali ( semester )
dirubah menjadi tiga kali, atau yang kita kenal sebagai sistem caturwulan. Dengan
ini siswa akan dapat menerima pelajaran yang cukup banyak. (online)
Hal
ini dianggap cukup efektif karena :
a) Mampu
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengetahui banyak hal
b) Dengan diberlakukannya sistem caturwulan,
siswa diberi kesempatan untuk mendalami materi yang belum dikuasai pada
caturwulan selanjutnya
c) Adanya
keseragaman pengetahuan yang dimiliki oleh siswa
d) Muatan
(isi) pelajaran sangat diperhatikan
Meskipun demikian, kurikulum ini juga memiliki
kekurangan, diantaranya:
a) Materi
pelajaran yang diberikan kepada siswa terlalu padat
b) Keberagaman
siswa kurang dihargai disini, karena siswa hanya dituntut untuk memahami setiap
materi yang telah ditentukan
c) Proses
pembelajaran kurang memberikan makna terhadap siswa, karena siswa hanya
dicekoki serangkaian mata pelajaran yang cukup padat tanpa melewati
pengalaman-pengalaman.
d) Siswa
kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan “keunikan” yang dimiliki.
Sebagaimana kita tahu bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik,
potensi dan kecepatan belajar yang berbeda, sehingga diperlukan adanya
perlakuan yang berbeda pula dalam menyikapinya.
e) Materi
yang dikembangkan seringkali kurang atau bahkan tidak sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh masing – masing sekolah. Seperti potensi yang dimiliki oleh
sekolah yang berada di tengah kota
tentunya berbeda dengan potensi sekolah yang berada di pedalaman. Namun hal ini
tidak diperhatikan dalam penerapan kurikulum ini.
f) Pembelajaran
kurang melibatkan siswa karena lebih banyak berpusat pada guru
g) Kurikulum
ini kurang memberikan kebebasan bagi para pelaksana dan guru untuk mengadakan
improvisasi dan justifikasi sesuai dengan keadaan riil lapangan. (Mulyasa,
2004, h. 120)
2.7 Kurikulum 2004 ( KBK )
Pada
tahun 2004, banyak pihak yang memandang perlu adanya kurikulum baru yang mampu
membekali siswa menjadi SDM yang unggul guna menghadapi tuntutan jaman yang mulai
terbawa arus globalisasi, yaitu dengan berbagai macam kemampuan berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dari berbagai macam kritikan yang dilontarkan oleh
berbagai pihak terhadap kurikulum 1994, kurikulum ini dianggap tidak mampu lagi
memenuhi tujuan nasional.
Kurikulum
2004 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini
memang sangat menekankan kepada pengembangan aspek kompetensi yang dimiliki
oleh siswa. Menurut Mulyasa (2004, h. 37) yang dimaksud dengan ‘Kompetensi
merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak’. Dengan demikian siswa
diberi kesempatan seluas – luasnya mengembangkan potensi yang ia miliki.
Sehingga yang dikembangkan pun bukan hanya kemampuan untuk berfikir, melainkan
juga kemampuan untuk bertindak, yang nantinya diharapkan akan menghasilkan
output yang maksimal.
Kurikulum
ini banyak dikembangkan berdasarkan psikologi behavioristik yang memandang
bahwa setiap individu memiliki ‘keunikan’ yang tentunya berbeda antara individu
yang satu dengan individu lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) ini yakni tingkat kecerdasan, kreatifitas, cacat
fisik, kebutuhan, dan perkembangan kognitif. (Mulyasa, 2004, h. 120)
Berdasarkan
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik itu lah perlu
adanya perlakuan yang berbeda pula pada setiap peserta didik. Banyak sekali
keunggulan dari penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini, namun banyak juga
kendala yang dialami dalam penerapan kurikulum ini. Beberapa keunggulan KBK
diantaranya:
a) Kurikulum
ini sangat menghargai adanya keberagaman yang dimiliki peserta didik, memandang
bahwa setiap peserta didik memiliki potensi, keunikan, serta kecepatan belajar
yang berbeda- beda, sehingga memerlukan perlakuan yang berbeda pula
b) Dengan
KBK peserta didik mampu mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh masing- masing peserta didik, dimana setiap peserta didik
memiliki potensi yang berbeda- beda
c) Penguasaan
ilmu dan keahlian tertentu dapat dilakukan secara optimal, karena proses
pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru semata, peserta didik dapat belajar
melalui sumber belajar lain selain guru
d) Proses
pembelajaran akan lebih bermakna karena disertai banyak pengalaman belajar yang
dialami peserta didik
e) Dengan
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, mempermudah guru dalam
penyampaian materi
Namun banyak juga kendala yang menjadi penghambat
terlaksananya kurikulum ini, antara lain:
a) Tidak
semua guru memahami adanya kurikulum baru ini, sehingga banyak sekali
kebingungan- kebingungan yang terjadi akibat kurang adanya sosialisasi terlebih
dahulu
b) Peserta
didik menjadi kebingungan dengan adanya perubahan kurikulum ini. Kurikulum
sebelumnya yang banyak membuat siswa pasif kemudian dengan cepat menuntut siswa
seaktif mungkin dalam pembelajaran
c) Banyak
sekolah yang tidak siap jika harus menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini
dikarenakan pihak sekolah harus menyiapkan banyak perangkat pembelajaran yang
belum dimiliki sebelumnya
2.8 Kurikulum 2006 ( KTSP )
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini mulai diterapkan sekitar tahun 2006. Kurikulum
ini merupakan kurikulum penyempurna dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Menurut
Muyasa (2007, h. 8) KTSP merupakan kurikulum ‘yang dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, social
budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.’ Yang membedakan KTSP dengan kurikulum
sebelumnya adalah pada pengembangannya. Pengembangan KTSP dilakukan sendiri
oleh setiap sekolah, namun tetap memperhatikan standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari pusat pendidikan atau yang biasa disebut Badan Standar
Nasional Pendidikan (BNSP). Hal ini berdasarkan alasan bahwa sekolah lebih
mengenali potensi yang ia miliki, mulai dari kekuatan hingga kelemahannya. Sehingga
dengan adanya otonomi dalam pendidikan diharapkan sekolah dapat memaksimalkan
mutu pendidikannya. Dengan adanya otonomi ini pulalah semua warga sekolah turut
terlibat dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya sekedar menjalankan.
Banyak
sekali keunggulan yang terlihat dari kurikulum ini, diantaranya:
a) Kurikulum
ini memacu kreatifitas sekolah secara keseluruhan, baik guru, kepala sekolah
maupun managemen sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
b) Meningkatkan
kemandirian setiap sekolah melalui otonomi dalam pendidikan, dengan demikian,
sekolah dapat mempertanggung jawabkan output yang dihasilkan
c) Kurikulum
ini mendorong komponen sekolah untuk berpartisipatif dalam mengembangkan
kurikulum di sekolah
d) Sekolah
dapat mengembangkan mata pelajaran tertentu sesuai dengan kebutuhan peserta
didiknya, karena sekolah jauh lebih mengetahui kondisi peserta didiknya, baik
potensi maupun karakteristik inputnya
e) Sekolah
memiliki wewenang untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu sesuai dengan
karakter sekolah dan visi misi setiap sekolah
f) Menciptakan
kompetisi yang sehat antar sekolah dalam hal kualitas yang dimiliki oleh
masing- masing sekolah. Dengan demikian setiap sekolah akan berlomba- lomba
untuk saling meningkatkan mutu pendidikan, dan ini akan sangat membantu
pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
g) Mengurangi
beban belajar siswa yang terlalu berat
h) Kurikulum
ini sangat memperhatikan relevansi kebutuhan siswa, sehingga siswa memiliki
bekal untuk menghadapi perkembangan zaman
Meskipun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
ini memiliki sederet keunggulan, ternyata kurikulum ini juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya:
a) Kurangnya
SDM guru yang menjadi penentu keberhasilan KTSP membuat proses belajar tidak
sesuai dengan yang diharaapkan
b) Kurangnya
sarana prasarana yang menunjang proses pembelajara di beberapa sekolah
c) Dengan
proses belajar yang lebih banyak melibatkan siswa menjadikan guru bersantai
saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perubahan kurikulum yang terjadi di
Indonesia baik secara keseluruhan maupun sebagian tentunya bukanlah tanpa
alasan. Faktornya beragam, mulai dari politik, social budaya, kemajuan iptek
dan teknologi maupun lainnya. Hal ini dikarenakan kurikulum sebagai seperangkat
pembalajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik harus bersifat
dinamis mengikuti setiap perkembangan dari berbagai aspek. Yang membedakan
hanyalah fokus tujuan pencapaian serta bagaimana kurikulum itu dikembangkan. Dengan
adanya inovasi yang terus dilakukan dalam pendidikan diharapkan mutu pendidikan
akan semakin baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, E, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi, edk 5, PT
Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Mulyasa, E, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, edk
3, ed. Mukhlis, PT
Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Subandijah, 1993,
Pengembangan
dan Inovasi Kurikulum, Rajawali Press
Hendra, 2010, Perkembangan Kurikulum di Indonesia,
dilihat pada 23 oktober
Pelaksanaan
Kurikulum di Indonesia, dilihat pada 23 oktober 2011,
Suji,
2009, Perjalanan Kurikulum di Indonesia,
dilihat 23 oktober 2011,
<http://suji.student.fkip.uns.ac.id/2009/06/25/perjalanan-kurikulum-di-indonesia/>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar