Senin, 24 Desember 2012

Perjalanan Kurikulum di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pola pikir manusia pun terus berkembang. Hal ini sangat berpengaruh pada dunia pendidikan. Oleh sebab itu kurikulum sebagai kebutuhan paling mendasar guna terlaksananya proses pendidikan terus memerlukan adanya perbaikan agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Adapun kurikulum di Indonesia telah seringkali mengalami perubahan dan perbaikan sebanyak delapan kali sejak 1947 sampai saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum di Indonesia memiliki kelemahan sehingga terus memerlukan perbaikan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa masing-masing kurikulum pasti memiliki kekuatan pada setiap masanya. Dari sinilah penulis mencoba menggali kelemahan dan kekuatan setiap kurikulum. Oleh karena itu dalam makalah yang berjudul “Kelemahan dan Kekuatan Kurikulum di Indonesia” ini akan dijabarkan sekilas tentang kurikulum yang pernah diberlakukan di Indonesia beserta kekuatan dan kelemahannya.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1Rencana Pelajaran 1947
Pada masa ini kurikulum lebih dikenal dengan istilah leer plan dari bahasa belanda yang berarti “rencana pelajaran”. Sedangkan nama kurikulum belum dikenal pada saat itu. Nama yang dipakai untuk menyebut kurikulum masih mengikuti pemerintahan belanda dikarenakan Indonesia pada saat itu baru saja merdeka. Secara system pun kurikulum ini banyak dipengaruhi pendidikan kolonial belanda jepang. Kurikulum pada masa ini mencoba memalingkan pendidikan dari orientasi belanda menuju kepentingan nasional. Sehingga orientasinya pun lebih menekankan pada pembentukan karakter Indonesia. Dari segi bentuk, kurikulum ini hanya memuat 2 (dua) hal pokok, yakni daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya serta garis – garis besar pengajarannya. Rencana pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekitar tahun 1950. Sehingga sebagian kalangan mengatakan bahwa sejarah kurikulum dimulai pada tahun 1950.(online)
 Adapun kelemahan kurikulum ini adalah:
a)      Pengembangan pikiran kurang diutamakan disini, sehingga pola pikir masyarakat pada waktu itu kurang terbentuk.
b)      Pendidikan masih diwarnai dengan unsur politis
c)      Mata pelajaran yang ada kurang dirinci.
d)     Kurikulum pada masa ini masih sangat simple, belum memuat tujuan- tujuan pendidikan seutuhnya
e)      Pendidikan pada masa itu masih meneruskan kurikulum pada masa kolonial belanda dan jepang, hal ini menunjukkan jika pendidikan pada masa itu kurang mendapat perhatian yang serius
Namun disisi lain, kurikulum ini juga memiliki kelebihan, diantaranya:
a)      Pembentukan karakter melalui pendidikan cukup tepat, jika kita lihat keadaan bangsa pada waktu itu yang baru saja meraih kemerdekaan. Sehingga penanaman kesadaran untuk mempertahankan kemerdekaan sangat diperlukan.

2.2 Rencana Pelajaran Terurai 1952-1964
Pada tahun 1952, kurikulum 1947 mengalami penyempurnaan. Istilahnya berubah dari rencana pelajaran menjadi rencana pelajaran terurai. Disebut demikian karena pada kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajarannya. Setiap guru hanya mengajar satu mata pelajaran. Kurikulum ini sudah mulai mengacu kepada pendidikan nasional.
Menjelang tahun 1964, kurikulum di Indonesia kembali mengalami penyempurnaan. Kali ini diberi nama rencana pendidikan. Yang menjadi pokok pengajaran pada kurikulum ini adalah pancawardhana. Yakni istilah yang digunakan pada saat itu untuk menyebutkan lima aspek yang menjadi fokus pendidikan. Kelima hal pokok tersebut ialah moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.( Subandijah, 1993, h. 102) Adapun keunggulan kurikulum ini adalah:
a)      Tujuan pendidikan pada saat itu telah murni mengarah kepada tujuan pendidikan yang seharusnya
b)      Mata pelajaran lebih dirinci dari sebelumnya
c)      Guru dapat mengoptimalkan pembelajaran karena masing – masing guru hanya mengajar satu mata pelajaran
d)     Materi yang dikembangkan lebih riil, berkaitan dengan kehidupan sehari- hari
Sedangkan kelemahan daripada kurikulum ini adalah:
a)      Kurang memperhatikan keberhasilan dalam pendekatan proses
b)      Pengembangan lebih banyak di ranah afektif, sedangkan kognitif kurang mendapatkan perhatian

2.3 Kurikulum 1968
Kemudian pada tahun 1968, kurikulum di Indonesia kembali mengalami perbaikan. Program pendidikan yang tadinya pancawardhana mengerucut menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Fokus pendidikan pada saat itu terletak pada pembentukan manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Hal ini lebih dimaksudkan untuk menghapuskan tujuan pendidikan sebelumnya yang dinilai sebagai produk orde lama. (online)

Adapun kekuatan kurikulum ini terletak pada:
a)      Isi dari pokok materi tidak hanya meliputi pengetahuan saja, namun keterampilan peserta didik juga dilatih
Namun kurikulum ini juga memiliki kelemahan – kelemahan, diantaranya:
a)      Kurikulum ini bersifat politis, terlihat dari perubahan struktur kurikulum dari pancawardana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
b)      Materi sangat bersifat teoritis, kurang berkaitan dengan realita yang ada

2.4 Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 banyak dipengaruhi oleh pembangunan nasional yang kemudian berdampak pada pendidikan nasional. Salah satu hal yang melatar belakangi perubahan kurikulum pada saat itu ialah kebijaksanaan pemerintah yang menginginkan adanya peningkatan  ilmu pengetahuan dan teknologi guna mempercepat lajunya pembangunan nasional. Sehingga diperlukan inovasi dalam proses pembelajaran agar pendidikan lebih efektif dan efisien, baik dalam hal daya maupun waktu. Yang membedakan kurikulum ini dengan kurikulum- kurikulum sebelumnya adalah kurikulum ini menggunakan pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). Dimana setiap sistem pembelajaran harus selalu mengarah kepada tercapainya tujuan. (online)
Salah satu aplikasinya adalah pada sistem penilaian. Penilaian diberikan pada setiap pelajaran, tujuannya tentu saja untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah tercapai. Dan untuk selanjutnya langsung dapat dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran. Hal ini pula lah yang membedakan kurikulum ini dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan penilaian disetiap akhir semester atau akhir tahun saja. Beberapa keunggulan yang dapat kita lihat dari kurikulum ini adalah:
a)      Kurikulum ini sangat efisien dalam hal waktu
b)      Sistem pembelajaran yang mengarah pada tujuan akan membuat pembelajaran lebih terarah serta menghemat daya
c)      Penilaian yang dilakukan setelah pelajaran akan sangat membantu penilaian diakhir semester atau di akhir tahun.
d)     Penilaian yang diberikan disetiap akhir pembelajaran juga sangat membantu guru dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah di lakukan sehimgga guru berkesempatan untuk terus melakukan perbaikan dalam kegiatan- kegiatan belajar selanjutnya
Disisi lain, kurikukum ini juga memiliki kelemahan, diantaranya:
a)      Kurikulum ini lebih mengarah pada pendekatan hasil, proses kurang diberikan  apresiasi pada kurikulum ini
b)      Keterampilan siswa terutama saat proses pembelajaran kurang diperhatikan

2.5 Kurikulum 1984
Pada tahun 1984 kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi diterapkan. Alasannya lagi- lagi perkembangan zaman yang ditandai dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembaruan kurikulum dalam pendidikan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kemudian diberlakukanlah kurikulum 1984.
 Kurikulum ini disebut dengan “Kurikulum 1975 Yang Disempurnakan”. Karena memang kurikulum ini lahir sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum 1975. Perbedaannya terletak pada pendekatan yang digunakan pada kurikulum 1984 yakni CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Misbah Partika dalam Subandijah (1993, h. 112) mengemukakan bahwa CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) adalah proses belajar mengajar yang menekankan pada keaktifan siswa. Dimana dalam pembelajaran siswa terlibat baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara optimal.
Dalam kurikulum ini siswa benar- benar diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan menemukan, mengamati, mengelola informasi sendiri. Kurikulum ini lebih mengedepankan pendekatan proses. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang maksimal di sekolah. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa selama ini siswa hanya mendapatkan transfer ilmu dari gurunya. Adapun keunggulan kurikulum ini adalah:
a)      Kurikulum ini mampu mengembangkan kemampuan berfikir siswa melalui proses pembelajaran, baik memahami maupun menganalisa
b)      Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran, guru semakin mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran
c)      Melalui pembelajaran yang melibatkan fisik, intelegensi, emosional maupun mental, siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal, baik dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Namun ternyata kurikulum ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah:
a)      Perubahan kurikulum yang cukup drastis menuai banyak ketidaksiapan, baik dari pihak guru, siswa maupun sekolah karena untuk menerapkan kurikulum ini memerlukan berbagai perangkat pembelajaran yang terkadang tidak disediakan oleh sekolah
b)      Kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran
c)       Konsep kurikulum ini kurang mempertimbangkan keadaan yang ada

2.6 Kurikulum 1994
Belajar dari berbagai kelemahan yang terdapat pada kurikulum sebelumnya, kurikulum pada tahun 1994 ini mencoba menyempurnakan kembali kurikulum yang pernah ada. Kurikulum ini memandang bahwa semua siswa itu sama, yakni seperti kertas polos yang memerlukan coretan. Dengan diberlakukannya kurikulum yang baru ini diharapkan siswa sebagai objek pendidikan bisa mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak. Hal ini ternyata mempengaruhi sistem pembagian waktu pelajaran. Yaitu tahapan belajar yang tadinya dalam setahun dibagi menjadi dua kali ( semester ) dirubah menjadi tiga kali, atau yang kita kenal sebagai sistem caturwulan. Dengan ini siswa akan dapat menerima pelajaran yang cukup banyak. (online)
Hal ini dianggap cukup efektif karena :
a)      Mampu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengetahui banyak hal
b)       Dengan diberlakukannya sistem caturwulan, siswa diberi kesempatan untuk mendalami materi yang belum dikuasai pada caturwulan selanjutnya
c)      Adanya keseragaman pengetahuan yang dimiliki oleh siswa
d)     Muatan (isi) pelajaran sangat diperhatikan
Meskipun demikian, kurikulum ini juga memiliki kekurangan, diantaranya:
a)      Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa terlalu padat
b)      Keberagaman siswa kurang dihargai disini, karena siswa hanya dituntut untuk memahami setiap materi yang telah ditentukan
c)      Proses pembelajaran kurang memberikan makna terhadap siswa, karena siswa hanya dicekoki serangkaian mata pelajaran yang cukup padat tanpa melewati pengalaman-pengalaman.
d)     Siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan “keunikan” yang dimiliki. Sebagaimana kita tahu bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik, potensi dan kecepatan belajar yang berbeda, sehingga diperlukan adanya perlakuan yang berbeda pula dalam menyikapinya.
e)      Materi yang dikembangkan seringkali kurang atau bahkan tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing – masing sekolah. Seperti potensi yang dimiliki oleh sekolah yang berada di  tengah kota tentunya berbeda dengan potensi sekolah yang berada di pedalaman. Namun hal ini tidak diperhatikan dalam penerapan kurikulum ini.
f)       Pembelajaran kurang melibatkan siswa karena lebih banyak berpusat pada guru
g)      Kurikulum ini kurang memberikan kebebasan bagi para pelaksana dan guru untuk mengadakan improvisasi dan justifikasi sesuai dengan keadaan riil lapangan. (Mulyasa, 2004, h. 120)

2.7 Kurikulum 2004 ( KBK )
Pada tahun 2004, banyak pihak yang memandang perlu adanya kurikulum baru yang mampu membekali siswa menjadi SDM yang unggul guna menghadapi tuntutan jaman yang mulai terbawa arus globalisasi, yaitu dengan berbagai macam kemampuan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari berbagai macam kritikan yang dilontarkan oleh berbagai pihak terhadap kurikulum 1994, kurikulum ini dianggap tidak mampu lagi memenuhi tujuan nasional.
Kurikulum 2004 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini memang sangat menekankan kepada pengembangan aspek kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Menurut Mulyasa (2004, h. 37) yang dimaksud dengan ‘Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak’. Dengan demikian siswa diberi kesempatan seluas – luasnya mengembangkan potensi yang ia miliki. Sehingga yang dikembangkan pun bukan hanya kemampuan untuk berfikir, melainkan juga kemampuan untuk bertindak, yang nantinya diharapkan akan menghasilkan output yang maksimal.
Kurikulum ini banyak dikembangkan berdasarkan psikologi behavioristik yang memandang bahwa setiap individu memiliki ‘keunikan’ yang tentunya berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini yakni tingkat kecerdasan, kreatifitas, cacat fisik, kebutuhan, dan perkembangan kognitif. (Mulyasa, 2004, h. 120)
Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik itu lah perlu adanya perlakuan yang berbeda pula pada setiap peserta didik. Banyak sekali keunggulan dari penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini, namun banyak juga kendala yang dialami dalam penerapan kurikulum ini. Beberapa keunggulan KBK diantaranya:
a)      Kurikulum ini sangat menghargai adanya keberagaman yang dimiliki peserta didik, memandang bahwa setiap peserta didik memiliki potensi, keunikan, serta kecepatan belajar yang berbeda- beda, sehingga memerlukan perlakuan yang berbeda pula
b)      Dengan KBK peserta didik mampu mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing- masing peserta didik, dimana setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda- beda
c)      Penguasaan ilmu dan keahlian tertentu dapat dilakukan secara optimal, karena proses pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru semata, peserta didik dapat belajar melalui sumber belajar lain selain guru
d)     Proses pembelajaran akan lebih bermakna karena disertai banyak pengalaman belajar yang dialami peserta didik
e)      Dengan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, mempermudah guru dalam penyampaian materi
Namun banyak juga kendala yang menjadi penghambat terlaksananya kurikulum ini, antara lain:
a)      Tidak semua guru memahami adanya kurikulum baru ini, sehingga banyak sekali kebingungan- kebingungan yang terjadi akibat kurang adanya sosialisasi terlebih dahulu
b)      Peserta didik menjadi kebingungan dengan adanya perubahan kurikulum ini. Kurikulum sebelumnya yang banyak membuat siswa pasif kemudian dengan cepat menuntut siswa seaktif mungkin dalam pembelajaran
c)      Banyak sekolah yang tidak siap jika harus menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini dikarenakan pihak sekolah harus menyiapkan banyak perangkat pembelajaran yang belum dimiliki sebelumnya

2.8 Kurikulum 2006 ( KTSP )
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini mulai diterapkan sekitar tahun 2006. Kurikulum ini merupakan kurikulum penyempurna dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Menurut Muyasa (2007, h. 8) KTSP merupakan kurikulum ‘yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, social budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.’  Yang membedakan KTSP dengan kurikulum sebelumnya adalah pada pengembangannya. Pengembangan KTSP dilakukan sendiri oleh setiap sekolah, namun tetap memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari pusat pendidikan atau yang biasa disebut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Hal ini berdasarkan alasan bahwa sekolah lebih mengenali potensi yang ia miliki, mulai dari kekuatan hingga kelemahannya. Sehingga dengan adanya otonomi dalam pendidikan diharapkan sekolah dapat memaksimalkan mutu pendidikannya. Dengan adanya otonomi ini pulalah semua warga sekolah turut terlibat dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya sekedar menjalankan.
Banyak sekali keunggulan yang terlihat dari kurikulum ini, diantaranya:
a)      Kurikulum ini memacu kreatifitas sekolah secara keseluruhan, baik guru, kepala sekolah maupun managemen sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
b)      Meningkatkan kemandirian setiap sekolah melalui otonomi dalam pendidikan, dengan demikian, sekolah dapat mempertanggung jawabkan output yang dihasilkan
c)      Kurikulum ini mendorong komponen sekolah untuk berpartisipatif dalam mengembangkan kurikulum di sekolah
d)     Sekolah dapat mengembangkan mata pelajaran tertentu sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya, karena sekolah jauh lebih mengetahui kondisi peserta didiknya, baik potensi maupun karakteristik inputnya
e)      Sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu sesuai dengan karakter sekolah dan visi misi setiap sekolah
f)       Menciptakan kompetisi yang sehat antar sekolah dalam hal kualitas yang dimiliki oleh masing- masing sekolah. Dengan demikian setiap sekolah akan berlomba- lomba untuk saling meningkatkan mutu pendidikan, dan ini akan sangat membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
g)      Mengurangi beban belajar siswa yang terlalu berat
h)      Kurikulum ini sangat memperhatikan relevansi kebutuhan siswa, sehingga siswa memiliki bekal untuk menghadapi perkembangan zaman
Meskipun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini memiliki sederet keunggulan, ternyata kurikulum ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
a)      Kurangnya SDM guru yang menjadi penentu keberhasilan KTSP membuat proses belajar tidak sesuai dengan yang diharaapkan
b)      Kurangnya sarana prasarana yang menunjang proses pembelajara di beberapa sekolah
c)      Dengan proses belajar yang lebih banyak melibatkan siswa menjadikan guru bersantai saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
          Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia baik secara keseluruhan maupun sebagian tentunya bukanlah tanpa alasan. Faktornya beragam, mulai dari politik, social budaya, kemajuan iptek dan teknologi maupun lainnya. Hal ini dikarenakan kurikulum sebagai seperangkat pembalajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik harus bersifat dinamis mengikuti setiap perkembangan dari berbagai aspek. Yang membedakan hanyalah fokus tujuan pencapaian serta bagaimana kurikulum itu dikembangkan. Dengan adanya inovasi yang terus dilakukan dalam pendidikan diharapkan mutu pendidikan akan semakin baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.


DAFTAR PUSTAKA
          Mulyasa, E, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi, edk 5, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
            Mulyasa, E, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, edk 3, ed. Mukhlis, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Subandijah, 1993,  Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,  Rajawali Press
Hendra, 2010, Perkembangan Kurikulum di Indonesia, dilihat pada 23 oktober
Pelaksanaan Kurikulum di Indonesia, dilihat pada 23 oktober 2011,
Suji, 2009, Perjalanan Kurikulum di Indonesia, dilihat 23 oktober 2011,
<http://suji.student.fkip.uns.ac.id/2009/06/25/perjalanan-kurikulum-di-indonesia/>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar